Selasa, 31 Januari 2017

TERUNTUK PEJUANG ALFIYAH



Teruntuk Pejuang Alfiyah

Jika ada yang lebih indah dari persahabatn
Maksudnya persahabatan rasa saudara,
Maka itu adalah cakrawala…
Yang dengan tegak kepala menyaksikan
Ikatan indah Lillaahi Ta’aalaa yang terjalin antara kita
Aku tau
Bukan kamu sosok yang sempurna itu
Tapi aku tak pernah tau
Kenapa aku merasa nyaman berada di sisimu
Mengenalmu adalah suatu keindahan
Dan pernah mendapat kesempatan
Untuk berjuang bersama sahabat seshalihah dirimu
Adalah anugerah
Yang entah bagaimana harus ku gambarkan
Memang Tuhan itu Adil
Dan keadilan-Nya terlukis jelas berwujud dirimu
Bersama perangai indah, keelokan, dan ketulusan jiwamu
Tetap jadi yang terbaik ya, Ukhty
Untuk diri sendiri
Terlebih untuk makhluk-makhluk baik
Yang tersebar di sekitar kanan kiri
Terima kasih
Untuk waktu dan cerita indah
Yang telah mengisi bagian kenangan dari alur hidupku
Tetap bimbing aku dengan petuah indahmu
Tegur tingkah khilafku ketika terlihat olehmu
Dan tuntun aku agar tetap di jalan baik bersamamu
Hingga pada saatnya nanti
Akan terbuka lebar untuk kita
Pintu firdaus itu
Berjuanglah bersama bait-bait alfiyahmu
Aku masih menunggumu
Dari tempat jihadku “rumah ilmu”

PERJUANGKAN



Perjuangkan

Jika ada yang harus diperjuangkan
Maka itu dalah masa depan
Yang akan membawa kita
Pada kehidupan sesungguhnya
Kesalahan silam biarlah menjadi pelajaran
Jangan selamanya dipandang
Agar jalan ke depan lebih terarah
Bagai spion kendaraan
Yang cukup sekali waktu dilihat
Seperti itulah layaknya memperlakukan masa lalu kita
Kita tak pernah tau
Akan jadi apa kita nantinya
Yang jelas
Kita harus tetap berjuang juga bermunajat
Hingga tiba saatnya perjuangan serta munajat kita bertarung di atas cakrawala
Kemudian Tuhan menentukan scenario terbaiknya
Dia tak memberi apa yang kita ingin
Tapi Dia akan memberi apa yang kita butuh
Kita memang makhluk lemah
Dan kesempurnaan hanya milik-Nya semata
Tapi tidak ada salahnya
Ketika kita berjuang untuk menjadi sosok istimewa
Tetap berjuang dan jangan pernah menyerah
Karena tidak ada kata menyerah
Dalam kamus kehidupan seorang pemenang
Perjuangkan langkah awal suksesmu
_SARJANA PAI 2018_
Bismillaah

PAHAMI PUTRIMU, AYAH



Pahami Putrimu, Ayah

Nama indahmu tak pernah luput dari rangkain doaku
Wajah tegasmu yang selalu membuatku takut,
Tetap tak bisa ku pungkiri kalau aku selalu merindukanmu
Ayah,
Bagiku kaulah pahlawanku
Lelaki pertama yang ku cinta di dunia ini
Sebelumnya maafkan aku
Aku, putri kecilmu
Yang selalu takut padamu sejak dulu
Alasan takutku hanyalah karena ketegasanmu yang ku artikan salah
Ketegasanmu yang ku artikan sebagai kekerasan
Entahlah kenapa bisa demikian
Mungkin aku belum pernah punya alasan logis untuk masalah ini
Mungkin hanya satu alasan kecil yang ku miliki  
Bahwa ayah memang jarang ku temui
Dari kecil, seminggu cuma ada satu hari aku bisa bersua denganmu, ayah
Bahkan masih ku ingat persis
Kala itu aku menangis meronta menarik pinggiran jahitan celanamu
Agar engkau tak pergi meninggalkan rumah
Hingga akhirnya ibu selalu menghiburku
Menarik halus
Memberi cerita-cerita indah
Yang menjadi kekuatan dan motivasi untukku sepeninggal ayah
Padahal aku tau,
Ayah pergi bukan untuk senang-senang
Ayah pergi untuk bekerja
Demi aku dan Ibu
Hingga akhirnya aku terbiasa ditinggal olehmu
Hingga akhirnya aku terbiasa hidup tanpamu
Dan hingga akhirnya pula aku menganggap ada jarak atas hubungan kita
Meskipun setiap sabtu di masa kecilku,
Adalah hari penuhmu untukku, putri kecilmu
Hari di mana seharusnya engkau istirahat dari letih kerjamu seminggu
Tapi kala itu, kau tepiskan lelahmu demi manjaku
Demi agar rasa takutku padamu tak pernah lagi ada
Engkau selalu rela menemaniku jalan-jalan
Ke alun-alun kota, menikmati es krim berdua, ke toko buku,
Mencari kerang-kerang lucu di laut kita,
Bersenandung kecil di atas perahu nelayan,
Atau bahkan sekedar menikmati senja di pantai utara rumah kita
Ah, masa kecil itu terlalu indah
Ingin ku tetap menjadi putri kecilmu
Berada di pelukmu dalam tidur pura-puraku
Hanya sekedar agar bisa lama bergelayut dalam rengkuhanmu
Gendongan lembutmu yang mengantarku bangun di waktu fajar
Untuk segera mengambil wudlu dan shalat berjama’ah di belakangmu
Hingga pada saatnya aku berangkat ke pesantren
Di usiaku yang relatif masih belia
Di usiaku yang ke dua belas, aku meninggalkanmu
Meninggalkan Ibu
Dan meninggalkan semunya tentang rumah, demi ilmu
Engkau ayah, yang selalu setia menemani perjalanan menuntut ilmuku
Sejak pendaftaran pertama kali masuk,
Hingga saat prestasi-prestasi itu berpihak padaku,
Engkaulah yang selalu menjadi saksi atas semua keindahan itu, Ayah
Engkau selalu hadir dan naik di atas podium kehormatan itu,
Atas sukses yang ku tempuh
Hingga tumpahnya air mata bahagia menjadi alasanku
Betapa aku selama ini tak pernah menyadari kasih sayangmu
Karena besarnya takutku akan dirimu
Tapi faktanya,
Aku tetap takut
Aku tetap beranggapan bahwa ketegasanmu adalah kekerasan
Meski aku sadar,
Usahamu begitu banyak
Usahamu begitu besar
Untuk menunjukkan bahwa engkau sangat menyayangiku
Hingga tiap seminggu sekali,
Kau hubungi aku via telepon selama 6 tahun berada di pesantren itu
Ku rasakan betapa kau berat melepasku nyantri kala itu
Aku pun merasa betapa engkau mengumpulkan kekuatan untuk perpisahan kita
Demi sukses dan bahagia di masa depanku
Tapi aku tak pernah sadar
Dan kini,
Saat aku mulai beranjak dewasa
Saat aku sedang berusaha menata hariku
Ayah justru selalu hadir dengan tegas yang terus ku kiaskan dengan kata keras
Meski usaha ayah untuk menunjukkan rasa sayang itu selalu ku temu
Maafkan aku ayah
Aku bahkan semakin tidak memahami sikap ayah
Ayah yang semakin menyudutkanku
Ayah yang semakin membatasiku
Dan ayah yang bahkan menuduhku
Maafkan aku ayah
Aku sering sakit hati
Jujur
Maaf sangat
Bahkan saat ayah menaruh cemburu padaku
Ketika aku sedang bersama duniaku
Ketika aku bersama sahabatku
Sekedar mengisi liburan yang hanya bisa dihitung jemariku
Bahkan ketika aku sedang bersama Ibu
Apa maksud semua ini, Ayah
Hingga saat ini aku merasa tersinggung sangat
Atas pertanyaan tegas ayah terkait foto itu
Aku tak pernah melakukannya ayah
Aku masih menjaga kepercayaan ayah …
Aku takut ayah
Tapi aku menyayangi ayah
Aku jauh dengan ayah
Tapi aku masih menjaga kepercayaan ayah
Ayah yang mengijinkan aku berada di pesantren,
Menjadi bekal bahwa tak mungkin aku akan menghianati amanah ayah
Ayah, bagiku aku tetaplah putri kecilmu
Yang masih ingin dipahami olehmu
Bagi orang-orang yang mengenalku
Aku bagaikan merpati putih,
Indah,
Tapi ia tak pernah bebas mengepakkan sayapnya terbang ke angkasa
Aku juga mengiyakan kalimat itu, Ayah
8 tahun berada di pesantren, sudah cukup buatku hidup dengan berjuta aturan
Hingga pada 2 tahun belakang ini, jadwal nyantriku semakin padat
Dan aku harus merelakan waktu liburku untuk tetap berada di pesantrenku
Karenanya, untuk liburku yang hanya hitungan jemari itu
Izinkan aku untuk membaginya
Bersamamu,
Bersama ibu,
Bersama adik-adikku,
Bersama keluarga semua,
Hingga bersama sahabat-sahabatku
Aku tak mungkin menyisihkan salah satunya, Ayah
Membaginya pun adalah sebuah kesulitan bagiku
Aku hanya ingin bantuan ayah
Atas restu dan izin ayah
Atas bebasku menikmati hariku
Ayah
Mungkin ayah akan menganggap sikapku ini konyol
Ayah mungkin akan menganggapku egois
Tapi ini satu inginku, ayah
Beri aku setitik kebebasan
Izinkan putri kecilmu meraih mimpinya
Izinkan merpati putih itu menemukan alam terindahnya
Semua usahaku dalam perjalanan 20 tahun hidup hanyalah demi ayah,
Demi ibu pula
Bukan yang lain ayah
Maafkan aku ayah
Bukannya aku memaksa
Dan bukannya aku memberontak ayah
Tapi sekali lagi maaf
Aku sangat iri melihat teman-teman sebayaku,
Yang dengan ringan tertawa lebar menikmati dunianya
Sedangkan aku
Hanya mampu diam dalam usahaku belajar bahagia
Ayah,
Jujur
Aku tertekan menjalani masa dua tahun belakangan ini
Aku merasa semua yang ku jalani selalu tak memakai hati
Aku masih belum bisa menerima, ayah
Tapi aku tetap belajar menerimanya
Maafkan aku sekali lagi
Hanya satu pintaku
Tolong pahami putrimu, ayah
Beri aku setitik ruang untuk memilih jalanku
Aku menyayangimu
Di setiap hela nafasku
Di setiap denyut nadiku
Di setiap ayunan langkahku
Dan di setiap rangkaian doaku
Hingga di setiap sujud tahajjudku
Salam rindu dari putri kecilmu
Salam sayang untuk kota pahlawan dari rumah ilmuku,
Darul ‘ulum
Tunggu aku di balik pintu gerbang sukses itu, ayah
Sabarlah menungguku
Karena selalu ku harap hadirmu di puncak suksesku
Aku menyayangimu
Jombang, 24 Januari 2017