Jumat, 12 Februari 2016

Pidato tentang Pengabdian terhadap Negara





السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذي هدانا لهذا وماكنّا لنهتدي لولا ان هدانالله. الصّلاة والسّلام على اشرف الانبياء والمرسلين سيّدنا ومولانا محمّد نور الهداية وعلى اله وصحبه نجوم الرشاد. امّا بعد
Yang terhormat segenap Majlis Pimpinan Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang.
Yang kami hormati jajaran panitia pelaksana festival da’i da’iyah dan lailatul dakwah.
Segenap Bapak Ibu dewan juri yang terhormat
Serta para peserta lomba da’i da’iyah yang berbahagia
Marilah kita sejenak bertafakkur kepada Allah Asy-Syakur atas nikmat-Nya yang tak terukur sehingga kita mampu bermuwajjahah dan berkumpul dalam majlis yang Insyaallah penuh maghfirah dari Dia Al-Ghafur.
Shalawat serta salam semoga tetap terhadiahkan kepada junjungan kita, Nabiyullah agung, nabi besar Muhammad SAW. Sang pemimpin umat, pemberi syafa’at, kelak fil yaumil ma’ad.بقولنا اللهمّ صلّى وسلّم على سيّدنا محمّد 
Hadiri Hadirat Rahimakumullah.
Sebagai orang muslim kita wajib memiliki jiwa pengabdian kepada negara, sebagai mana suatu maqalah:
حُبُّ الْوَطَنِ مِنَ الإِيْمَنِ
“Cinta tanah air merupakan sebagian dari iman.”
Haruskah cinta tanah air disangkutkan pada iman. Sebenarnya bukan masalah cinta kita terhadap negara tersebut tapi lebih pada  tanggung jawab kita,  seberapa besar kepatuhan kita pada pemimpin negara, dan sejauh mana kita merasa memiliki terhadap negara tersebut. Di sinilah islam mengajarkan, sesuai firman-Nya:
أَطِيْعُوا اللهَ وَ أَطِيْعُوا الرَّسُوْل وَأُلِى الأَمْرِ مِنْكُمْ ...
“Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya juga para pemimpin atas kalian...”
Wujud dari tanggung jawab inilah yang juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian merupakan perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga, sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat atas suatu ikatan, dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.
Pengabdian bermacam-macam bentuknya. Yang paling dasar adalah pengabdian kepada keluarga, kepada Tuhan, termasuk juga pengabdian kepada negara. Pengabdian kepada keluarga, bisa dilakukan dengan menjaga nama baik keluarga serta tidak melanggar norma dan akidah yang berlaku.
Pengabdian kepada Tuhan, sangat wajib dan tidak boleh dinomorduakan. Karena manusia adalah ciptaan Tuhan. Dengan tekun beribadah, mengamalkan perbuatan-perbuatan baik, dan tidak melanggar larangan-Nya. Pengabdian terhadap Tuhan yaitu penyerahan diri sepenuhnya terhadap Tuhan dan merupakan perwujudan tanggung jawabnya yang juga diikuti oleh pengorbanan. Seperti contoh, Umat Islam melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari, melakukan zakat, melaksanakan kurban dan sebagainya, itu semua tidak lain adalah untuk pengabdian kepada Tuhan yang Maha Esa.
Sedangkan pengabdian kepada negara, juga merupakan kewajiban untuk manusia atau individu sebagai warga negara. Misalnya seorang pegawai negeri yang bersedia ditempatkan di luar daerahnya untuk bekerja. Pengabdian kepada negara timbul karena seseorang merasa ikut bertanggung jawab terhadap kelestarian atau kelangsungan negara dan demi persatuan kesatuan bangsanya. Misalnya, dalam usaha merebut kembali Irian Barat dari penjajah Belanda, banyak pemuda yang mendaftarkan diri menjadi sukarelawan.
Pembelaan Negara merupakan salah satu bentuk riil pengabdian terhadap negara itu sendiri, yang termasuk suatu kewajiban bagi seluruh warga negaranya. Saat ini, banyak orang bersorak sorai akan membela Negaranya demi menciptakan kedamaian di Negara ini, tapi apa yang terjadi? Sepertinya justru mereka sendiri yang ternyata banyak sekali melakukan perusakan terhadap Negaranya. Seperti contoh, banyaknya tawuran yang terjadi. Padahal  hasil dari tawuran tersebut tidak sedikitpun memiliki nilai baik dan menguntungkan masyarakat sekitar. Justru perbuatan tersebutlah yang nantinya akan banyak menghasilkan dampak buruk seperti kerusakan terhadap fasilitas masyarakat, dan sebagainya.
Seharusnya aksi bela Negara tidak hanya dilakukan dengan hanya bersorak sorai dan berdemo ria, tapi juga harus dengan tindakan nyata dimulai dari tindakan-tindakan kecil seperti melestarikan budaya Indonesia, belajar  dengan rajin sebagai seorang pelajar yang baik, taat akan hukum dan aturan yang berlaku, meningkatkan rasa nasionalisme kita terhadap Negara Indonesia, dan masih banyak lagi hal bermanfaat yang bisa kita lakukan sebagai wujud pengabdian kita terhadap negara.
Hadirin yang dirahmati Allah.
Banyak kalangan yang masih memiliki pandangan kuno, bahwa pengabdian lebih menjorok pada perang melawan golongan non islam. Di masa kini, pemikiran seperti itu sudah tidak lagi berlaku. Kecuali pada negara yang memang masih mengalaminya, Palestina misalnya. Dulu, di masa Rasulullah SAW, jihad memang dilakukan melalui perang. Tapi saat ini, kita lebih diharuskan jihad melalui pemikiran. Karena mereka tidak lagi menyerang fisik kita tapi secara perlahan mempengaruhi ideologi keagamaan yang kita miliki melalui cara-cara licik yang mereka rencanakan. Jika kita menghindar, dalam artian kita hanya diam atau tidak ingin turut andil atas maraknya kasus yang seperti ini, maka Allah telah memberi peringatan dalam firman-Nya surat Al-Anfal ayat 15-16:
يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا إِذَا لَقِيْتُمث الَّذِيْنَ كَفَرُوْا زَحْفًا فَلاَ تُوَلُّوْهُمُ الأَدْبَارَ. وَمَنْ يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذِ دُبُرَهُ إِلاَّ مُتَحَرِّفًا لِقِتَلِ اَوْ مُتَحَيِّزًا اِلَى فِئَةٍ فَقَدْ بَآءَ بِغَضَبٍ مِنَ اللهِ وَمَأْوَىهُ جَهَنَّمُ وَ بِئْسَ الْمَصِيْرُ.
“Hai orang-orang yang beriman apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur), barangsiapa yang mundur di waktu itu kecuali berbelok (untuk siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah dan tempatnya ialah neraka jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.”
Dengan meningkatkan rasa nasionalisme, hal ini bisa meliputi berbagai usaha kita, untuk terus meningkatkan rasa cinta dan kesadaran kita terhadap proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita juga harus tahu bahwa kita hidup di negeri ini tidak hanya sendiri. Karenanya, semakin kita cinta terhadap kehidupan di negeri ini, maka itu artinya rasa nasionalisme pun juga ikut bertambah.
Hadirin sekalian yang berbahagia.
Kita yang merupakan generasi muda yang mana juga merupakan motor penggerak perkembangan negara Indonesia kita ini, harusnya sanggup meningkatkan rasa pembelaan Negara kita terhadap semua warga Negara. Karena biasanya yang paling berpengaruh terhadap perkembangan suatu Negara merupakan para generasi muda itu sendiri.
شبان اليوم رجال الغد
“Pemuda saat ini adalah pemimpin di masa depan.”
Dalil tersebut menyadarkan kepada kita bahwa yang namanya pemuda merupakan aset bagi siapa pun yang memandangnya. Bangsa, negara, dan agama pun sangat menunggu olah tangan kreatif dari pemuda. Kenapa demikian? Karena di tangan mereka masa depan bangsa tergenggam dan di pundak merekalah kejayaan serta kemajuan agama terpikul.
Oleh karena itu, kita sebagai pemuda generasi penerus bangsa hendaknya selalu melakukan perbaikan hingga nanti saatnya bila para pemimpin saat ini telah lengser, giliran kita yang akan melanjutkan perjuangan mereka. Tentunya tetap dengan konsep seperti yang dimiliki oeh Ahlus Sunnah wal Jama’ah yakni tetap mempertahankan hal-hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik.
المحافظة بالقديم الصالح والاخذ بالجديد الاصلح
Sebagai kesimpulan, bangsa ini harus dicegah dari proses kebangkrutan  nasional dengan merosotnya kedaulatan Negara dengan mulai melemahnya nila-nila pancasila, bisa dari jaminan kemanan, kesejahteraan rakyat, juga maraknya korupsi, untuk itu diperlukan keteladanan dari pemimpin Negara yang memiliki karakter dan visi yang kuat serta selalu berpihak kepada kepentingan rakyat untuk itulah pemuda harus hadir, ikut andil, turun tangan dan turut serta sebagai mesin pencetak kader dan pemimpin yang memiliki karakter dan visi yang kuat serta disiplin yang selalu berpihak kepada kepentingan rakyat serta ikut menjaga keberlangsungan kehidupan bernegara.
Kita sebagai pemuda generasi bangsa dan agama, marilah kita tegakkan kepala, berjuang bersama di bawah kibaran panji Sang Kuasa, serta meluhurkan agama demi kemajuan islam yang rahmatan lil ‘alamin dalam ketenangan roda pemerntahan.
كن رجلا رجله على الارض بل همته فى السريا
"Jadilah pemuda yang kakinya di bumi tetapi cita-citanya berada di bintang surroyya."
Kaki kita memang berpijak di atas bumi tapi cit-cita kita harus berada setinggi bintang di langit. Tak lupa semangat, ikhtiar, do’a dan tawakkal untuk menggapai ketinggian himmah kita. Seperti itulah pemuda sesungguhnya, yang dinanti kehadirannya.
PR besar bagi kita untuk mengajak saudara kita di sana agar mampu turut serta dalam pengabdian terhadap negara kita tercinta dan bagi kita sebagai tokoh utama harus selalu melakukan perbaikan untuk mampu selangkah lebih maju menuju kesuksesan yang utuh.
Sedetik waktu yang kita miliki saat ini adalah pedang yang akan menghempas di leher kita saat kita menelantarkannya. Dan semenit waktu yang kita miliki saat ini adalah emas yang sangat merugikan kita kala kita membiarkannya diam sia-sia. Imam Ghazali pernah bertanya: apa yang paling jauh dari manusia? Jawabannya adalah waktu yang telah berlalu. Karena sedetik dan semenit pun waktu yang telah berlalu, selamanya tak akan mampu kita jalani kembali kecuali hanya dengan bayangan dan angan-angan semu. Karena itu, manfaatkan waktu yang saat ini sedang berpihak pada kehidupan kita. Ingat selama nafas ini masih berhembus, selama mata ini belum tertutup, dan selama Tuhan masih mengijinkan nadi ini berdenyut, waktu masih mengizinkan kita untuk tetap berjuang dan mengabdi secara utuh.
Tidak ada yang sia-sia saat kita mau berjuang apalagi mengabdi pada negara atas nama Allah. Karena siapa yang menanam dalam kepahitan, dialah yang akan memanen segudang kemanisan. Karena hidup tak selamanya di bawah, selalu ada lebaran setelah puasa, sebagaimana janji Allah dalam sebuah hadits yang artinya:
“Tidak ada luka yg terluka di jalan Allah dan Allah maha tahu siapa yg terluka di jalan-Nya, kecuali datang pada hari kiamat dalam keadaan luka mengeluarkan darah, warna warna darah tetapi wangi wangi misk (minyak kasturi)”
Mungkin hanya itu yang dapat kami sampaikan. Kurang lebihnya mohon dimaafkan. Tak ada gading yang tak retak, tak ada mawar yang tak berduri, dan tak ada manusia yang sempurna. Karena kesempurnaan hanya milik Allah semata.
اصيكم ونفسي بتقواالله. والله الموافق الى اقوام الطّارق. اهدنالصّراطالمستقيم.

و السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته

        Jombang, 2 Februari 2016





1 komentar: