Jumat, 23 Desember 2016

POLISI KALIMANTAN DALAM KENANGAN



Polisi Kalimantan dalam Kenangan

Januari, 2010
Lelah seharian itu terbalas dengan indahnya senja
Ya, senja 6 tahun silam
Saat kita disatukan di tengah hiruk pikuk bumi perkemahan
Dengan balutan seragam ala coklat yang khas
Ku temukan keteduhan di balik pandangmu
Untuk kala pertama kita bertemu
Kamu bukan orang sini
Ya, kamu satu-satunya orang luar pulau yang pertama ku kenal
Kalimantan Tengah, Sampit sudut tepatnya
Lumayan asal yang jauh untuk perantau sebelia dirimu
Sapaan ringan mengawali perkenalan kita kala itu
Hingga semua berlanjut
Terasa nyaman dan hangat bagiku
Hari terus berjalan maka terekamlah suatu kenangan
Ingatkah kamu
Tentang setangkai mawar plastik dalam bingkai silinder bening darimu
Asal kamu tau,
Aku hampir kena hukuman pondok karena hal itu
Tapi aku bisa mengelaknya atas dasar persahabatan
Ya, kamu sahabatku
Beralih ke liburan,
Terjadi obrolan-obrolan kecil antara kita
Tentang siapa kamu
Siapa aku
Bahasa unikmu
Hingga tak segannya kau ajarkan aku tentang itu
Selebihnya, semua selesai menurutku
Bahkan kita yang 6 tahun berada di bawah atap yang sama
Aku bahkan tak menyadarinya
Cukup dua cerita lagi yang ku ingat setelahnya
Saat aku kedinginan di bawah naungan AC bis kala itu
Dan janjimu mengajak foto di hari perpisahan kita
Yang memang tak sempat terjadi
Dan selamanya bahkan tak akan pernah terjadi
Semua sudah tinggal wacana
Sebelumnya, setiap senja setelah itu
Sering dan selalu ku temukan dirimu
Berjalan ke arah barat untuk mengais ilmu
Dan kembali ke peraduan ketika hari mulai gelap merajut
Aku tak pernah melakukannya dengan sengaja
Semua memang kebetulan
Atau memang sudah ditakdirkan Tuhan demikian
Kita memang tak pernah ada hubungan
Tapi bagiku semua tentangmu nyaman adanya
Setelah itu,
Selesai
Tak ada lagi kisah antara kita

Agustus, 2015
Kemegahan event besar oleh organisasi besar islam
Membuat keagungan yang sangat, nampak di bumi santri kala itu
Ya, Muktamar NU Ke-33 di Kota Jombang
Kesibukan yang berlalu lalang membuatku terhenti
Saat dering ponsel mengagetkan keseriusanku
Nomor tak dikenal
Tapi suara di seberang itu, aku mengenalnya
Meski kita dulu bahkan jarang tukar suara
Tapi aku tak pernah asing dengan suara khasmu
Suara elegan
Lumayan lama obrolan berlangsung
Untuk ukuran dua orang yang lama tak bertemu
Saling tukar kabar
Melepas rindu
Cukup,
Kemudian kembali menghilang
Hingga pada akhirnya
Ku temukan kabar-kabar bahagiamu
Tentang suksesnya studimu
Sebagai pengabdi agung bumi pertiwi
Tentang tumbuhnya auramu
Sebagai pemegang tanggung jawab utama negeri
Bahkan tentang berlabuhnya cintamu
Pada gadis elok berparas elit
Aku bahagia mendengarnya
Cukup bahagia meski hanya mampu menyaksikannya lewat setiap gambar yang beredar
Bahagia melihat seorang sahabat yang sukses dalam setiap lini kehidupannya
Sedikit ada rasa bangga di sudut terujung hatiku
Setidaknya aku pernah menjadi bagian dari cerita manismu
Meski tak bertuan
Terakhir,

Desember, 2016
Tak pernah ku sadari suara itu kembali ku dengar
Suara yang selama itu ku anggap elegan
Ya, suara semalam
Yang membuatku semalam tak mampu tertidur sempurna
Aku bahkan memikirkan setiap kata
Setiap kalimat yang kamu ucap kala itu
Kamu tumbuh menjai sosok yang bijak
Usia kita yang ku sadari terpaut 3 bulan
Membuatku bagai sesosok adik yang sedang didongeng sang kakak
Sempurna,
Aku salut,
Bangga terhadapmu
Banyak hal baru yang ku temukan di balik ulasan-ulasan singkatmu
Yang tak lepas dari kata “Ibaratkan”
Tentang rasa itu,
Kamu kembali mengungkitnya
Setelah sekian lama aku menyimpannya rapi dalam kenangan
Bagiku, rasa itu tak lagi wajar
Kalau memang masih ada, harus terpaksa dikubur sedalamnya
Dunia kita sudah sangat berbeda
Dan kamu juga tak akan pernah mampu dan mau
Meninggalkan hal indah yang sudah ada di depan mata
Semakin jauhnya kita sudah menjadi jawaban alam
Bahwa memang kita tak akan pernah bisa disatukan
Ku ucapkan selamat untuk ikatan barumu
Dengan gadis pujaanmu
Berharap kita tetap teman
Tetap sahabat
Selamanya
Menyambung tali persaudaraan yang pernah ada,
hingga tak mudah putus sia-sia
Salamku dari kejauhan,
dari gadis Jawa
yang dulu pernah kau kenal
Jombang, 11 Desember 2016

TUBAN BERDUKA



Tuban Berduka

Jum’at, 7 Oktober 2016
Hari terbaik dalam sejarah peradaban islam
Hari raya bagi umat-Nya di seluruh pelosok dunia
Juga
Hari syahid bagi para pejuang nafas pada terakhir kisah  hidupnya
Tepat hari ini pula
Saudara-saudara muslimku berjuang
Berjuang melawan keadaan demi secuil keselamatan
Di balik arus bengawan yang membawa mereka tenggelam
Entah sampai di sudut terdalam bagian mana
Dari negeri seberang ku mendengar
Melalui kabar alam, aku mencerna dan memastikan
Ternyata kepergianmu benar adanya
Penjara suci itu menjadi saksi bisu
Kitab kuning di saku bajumu menjadi teman terakhirmu
Dan thalabul ‘ilmi keadaanmu,
Ku harap menjadi jalan termudahmu menuju Firdaus-Nya
Tak lebih yang dapat ku perbuat
Hanya untaian doa
Dan linangan air mata
Yang tiada henti mengadu pada dunia
Kenapa kamu
Kenapa harus saudaraku
Saudara kecil di pesantren itu
Pesantren salaf kotaku
Mungkin ini yang dinamakan cerita terbaik
Skenario yang telah diatur-Nya
Akan menjadi hikmah terindah bagi yang mau ikhlas menerima
Khusnul khotimah, saudaraku
Tunggu aku di ambang pintu Rahmat itu
Dengan senyum ketulusanmu
Aku,
Kami,
Kita semua
Dan Tuban-ku
Turut berduka sepeninggalmu