Rabu, 17 Februari 2016

“IKATLAH ILMU DENGAN MENULIS




Judul: Mengukir Nama dengan Menulis
Tulisan adalah salah satu bentuk unik bukti sejarah. Secara tersurat maupun tersirat, tulisan mampu menjelaskan dengan gamblang apa yang telah terjadi di masa lampau. Selain itu, keajaiban tulisan sendiri ialah mampu membawa kita terhenyak terbawa perasaan yang disuguhkan oleh sang penulis. Ketika kita dihadapkan pada jutaan coret tulisan, terkadang kita mampu tertawa, tersenyum, sedih, bahkan sampai menangis. Tak hanya itu, andaikan penulis menghidangkan kisah klasik masa lalu, kita pun seakan terbawa pada suasana yang ada di masa lalu tersebut.
Bila dikatakan bahwa menulis adalah kegiatan yang dibilang agak susah, saya rasa tidak. Siapapun orangnya bisa melahirkan sebuah coretan berwujud tulisan. Dari kejadian, kita mampu menulis. Dari pengalaman, kita mampu menulis. Bahkan, dari lingkungan pun kita mampu menyuguhkannya dalam bentuk susunan kata indah yang diharapkan setiap orang. Banyak orang yang tak menyadari bila dirinya mempunyai kemampuan di bidang tulis menulis. Karena kegiatan ini identik dianggap menjenuhkan dan cepat membuat bosan karena rasa malas yang terus dibiarkan. Padahal kegiatan yang hanya melibatkan selembar kertas dan sebatang pena ini sudah dikenal oleh makhluk yang berwujud manusia ini sejak kecil, bahkan diusia yang belum genap lima tahun.
Sesuai dengan tema “ikatlah ilmu dengan menulis” sebagaimana maqalah yang disampaikan oleh sayyidina Ali bin Abu Thalib, kembali menggugah kesadaran kita akan tersia-siakannya sebuah tulisan di hadapan kita saat ini. Padahal sepandai apapun seseorang, secemerlang apapun pemikiran yang dimiliki, jika tidak menulis maka akan hilang ditelan zaman. Kita tak akan pernah dikenang selama kita tak punya karya, sekecil apapun itu. Kata bijak mengatakan, bila kita ingin mengenal dunia, maka membacalah. Tapi, jika kita ingin dikenal dunia, maka menulislah.
Tak ada yang perlu dipersulit ketika kita ingin menulis. Menulislah dengan nyaman dan sesuai isi hati yang sedang dirasakan. Menulis merupakan obat yang menyembuhkan kegalauan, menenangkan, dan ajang untuk melepas beban yang diemban. Dengan menulis, seakan problem-problem yang dirasa mampu dituangkan dan dicurahkan dalam wujud tulisan itu sendiri. Uniknya, setiap orang memiliki interest masing-masing yang membuat hasil tulisan setiap orang memancarkan gaya yang berbeda.
Untuk mempermudah kita dalam menulis, hendaknya kita membuat kerangka terlebih dahulu mengenai apa yang akan kita tulis. Sehingga nantinya kita dapat merampungkan tulisan dengan sempurna, tanpa ada kendala berhenti di tengah jalan dikarenakan kehabisan kata ataupun pemikiran. Dari sini timbul pertanyaan: “Apakah kerangka lebih penting daripada tema?” Bukan berarti demikian. Tema merupakan satu hal yang harus dipikirkan karena dari situ kita mampu mengetahui mau dibawa ke mana tulisan kita tersebut. Adanya kerangka tidak menuntut tema harus dinomor duakan. Karena kerangka hanya sebagai pedoman dan bukan yang utama. Selain itu, dengan kerangka pula, tulisan akan dengan mudah kita rampungkan.
Selama kita tidak menggerakkan pena di atas kertas, selama itu pula tak akan mampu kita menghasilkan sebuah karya. Awali dari niat tulus dalam hati. Karena seribu langkah ke depan harus diawali dengan satu langkah pertama. Jika kita mau mengawalinya, kita akan mampu menghasilkan satu karya dan melahirkan jutaan karya yang lain.
If “Writing is a socially acceptable from of chizophrenia”, jika menulis adalah kegilaan yang secara sosial bisa diterima, maka jadikanlah menulis sebagai kebiasaan sehari-hari. Dengan demikian kita mampu merasakan betapa nikmatnya kegilaan yang disebut dalam menulis ini. Jangan berfikir terlalu jauh, amatilah yang ada di sekitar, karena justru disitulah tangan-tangan pekarya jarang yang menjamahnya. Dan tulisan terbaik adalah yang berasal dari ide kecil yang ditarik dengan fenomena besar, karena itu menulislah dalam kebebasan bukan dalam keterbatasan.
Masa boleh hilang, peradaban boleh lenyap, tapi tulisan selamanya tak akan pernah pudar. Menulislah. Karena kekuatan penulis terletak pada ketajaman pena yang ia miliki. Semakin  sering ia menulis, semakin tajam kekuatan yang membuat namanya terasa abadi bersama zaman dan sejarah yang terus terlewati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar