Rabu, 06 Desember 2017

SISTEM PENDIDIKAN ISLAM



Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.








Santi Purnamasari                  (1114116)
Hanum Nurrikatus Sholihah (1114117)
Hari Zakariya Rosyid             (1114118)



Dosen Pengampu:
Ali Muhsin M.Pd.I


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2015


KATA PENGANTAR

الحمد لله وحده, القاْئل "فلو لا نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا فى الدين".  الصلاة والسلام على من لا نبي بعده, القائل فيما اوتي من جوامع الكلم: ( من يرد الله خيرا يفقهه فى الدين ) وعلى اله وصحبه ومن تبعهم باحسن اجمعين. اما بعد
Sejenak kami panjatkan bingkaian syukur kepada Allah Asy-Syakur, atas nikmat-Nya yang tak terukur sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini meski masih ada kekurangan yang tak terhimpun.
Shalawat dan salam semoga tetap terhadiahkan kepada sang revolusioner umat, pemimpin himpunan rakyat dan masyarakat, pemberi syafa’at kelak fil yaumil ma’ad. Beliau Nabi Muhammad SAW yang tiada letihnya memperjuangkan panji keagamaan hingga sampai saat ini mampu kita rasakan manisnya iman dan islam.
Selanjutnya kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan yang sangat membutuhkan revisi atau pembenahan, sehingga kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan dalam penulisan makalah selanjutnya.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini akan membawa manfaat pada kami khususnya dan para pembaca yang budiman pada umumnya.




                      Penutup

BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Sistem menurut Ryans ialah sejumlah elemen (objek) orang, aktivitas, rekaman, informasi, dan lain-lain yang saling berkaitan dengan proses dan struktur secara teratur, dan merupakan kesatuan organisasi yang berfungsi untuk mewujudkan hasil yang diamati (dapat dikenal wujudnya) sedangkan tujuan tercapai.[1] Sedangkan menurut Imam Barnadib, sistem adalah suatu gagasan atau prinsip yang bertautan, yang tergabung menjadi suatu keseluruhan.[2]
Dengan demikian, maka sistem pendidikan adalah himpunana gagasan atau prinsip-prinsip pendidikan yang saling bertautan dan tergabung sehingga menjadi suatu keseluruhan.[3] Sistem pendidikan di suatu Negara didasarkan atas falsafah hidup Negara itu. Falsafah hidup Negara menggambarkan aspirasi rakyat dan pemerintah yang membuat sistem pendidikan itu mempunyai kekhususan.
Negara-negara barat yang mempunyai falsafah hidup rasionalis, materialis, dan progmatis membuat sistem pendidikannya yang bercorak rasionalis, progmatis, dan materialis. Begitu pula falsafah Negara kita yaitu pancasila, membuat sistem pendidikan nasional Indonesia bercorak khusus Indonesia yang tidak ditemui pada sisitem pendidikan lainnya. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Dalam kesempatan ini, penulis membuat suatu makalah yang berjudul sistem pendidikan islam di mana islam menjadi corak religius dalam pendidikan tersebut yang meliputi: makna sistem itu sendiri, ciri-ciri sistem pendidikan, dan kedudukan serta peran pendidikan islam dalam sistem pendidikan nasional.


B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa definisi sistem?
2.      Apa saja ciri-ciri sistem?
3.      Bagaimana pendekatan sistem dalam pendidikan?
4.      Apa perbedaan sistem pendidikan islam dengan sistem pendidikan non islam?
5.      Bagaimana kedudukan dan peran pendidikan islam dalam sistem pendidikan nasional?

C.    Tujuan

Adapun penulisan makalah bertujuan:
1.      Untuk mengetahui definisi sistem.
2.      Untuk mengetahui ciri-ciri sistem.
3.      Untuk memahami pendekatan sistem dalam pendidikan.
4.      Untuk mengetahui perbedaan sistem pendidikan islam dengan sistem pendidikan non islam.
5.      Untuk menganalisa kedudukan dan peran pendidikan islam dalam sistem pendidikan nasional

D.    Manfaat

Manfaat yang diharapkan dalam makalah ini dapat ditinjau secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan motivasi kepada segenap civitas akademika untuk menyesuaikan kondisi pendidikan islam sesuai teori yang ada.
 Sedangkan secara praktis, makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para pendidik pada umumnya untuk mampu mewujudkan pendidikan islam yang berkualitas tinggi sesuai dengan sistem yang berlaku dan telah ditetapkan.




BAB II

PEMBAHASAN


A.    Pengertian Sistem

Kata sistem berasal dari bahasa yunani yaitu systema yang berarti “cara, strategi”. Dalam bahasa inggris system berarti “sistem, susunan, jaringan, cara”. Sistem juga diartikan “sebagai suatu strategi, cara berpikir atau model berpikir”.[4]
Definisi tradisional menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang paling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Misalnya manusia merupakan suatu sistem, yang meliputi komponen-komponen sepeti rangka kepala, rangka anggota gerak, dan rangka anggota badan. Dalam artian luas, manusia sebenarnya adalah suatu subsistem atau komponen dalam kelompok makhluk hidup, disamping makhluk hidup lalinnya, seperti binatang dan tumbuhan.
Definisi modern juga tidak jauh berbeda dengan definisi tradisional, seperti yang dikemukakan oleh pakar hanya saja lebih rinci.
Roger A. Kaufman mendefinisikan sistem, yaitu suatu totalitas yang tersusun dari bagian-bagian yang bekerja secara sendiri-sendiri (independent) atau bekerja bersama-sama untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan berdasarkan kebutuhan.[5]
Mc. Ashan mendefinisikan sistem sebgai strategi yang menyeluruh atau rencana di komposisi oleh satu set elemen, yang harmonis, merepresentasikan kesatuan unit, masing-masing elemen, yang mempunyai tujuan tersendiri yang semuanya berkaitan terurut dalam bentuk yang logis.[6]
Immegart mendefinisiskan esensi sistem adalah suatu keseluruhan yang memiliki bagian-bagian yang tersusun secara sistematis, bagian-bagian itu terelasi antara satu dengan yang lain serta peduli terhadap konteks lingkungannya. Dari pendapat di atas jelasnya sistem itu memiliki struktur yang teratus, yang saling terkait dan saling bekerja sama dalam  mencapai tujuan.[7]

B.     Ciri-Ciri Suatu Sistem

Sesuatu teori sistem menurut Reja Mutyahardjo mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:[8]
1.      Bagian-bagian membentuk suatu keseluruhan yang tak dapat dipisahkan.
2.      Bagian-bagian memainkan peran mereka dalam kesatuannya untuk mencapai tujuan dari keseluruhan.
3.      Sifat bagian dan fungsinya dalam keseluruhan dan tingkah lakunya diatur oleh keseluruhan terhadap hubungan-hubungan bagiannya.
Bila diaplikasikan dalam sistem pendidikan maka komponen-komponen pendidikan seperti yang dikemukakan oleh para pakar sebgai berikut:
1.      Noeng Mohadjir membagi komponen sitem menjadi 3 kategori yaitu:
a)      Bertolak dari 5 unsur dasar pendidikan, meliputi: yang memberi, yang menerima, tujuan, cara/jalan, dan konteks positif.
b)      Bertolak 4 komponen pokok pendidikan yaitu: kurikulum, subyek didik, personifikasi pendidik, dan konteks belajar mengajar.
c)      Bertolak dari 3 fungsi pendidikan yaitu: pendidikan kreatifitas, pendidikan moralitas, dan pendidikan produktifitas.
2.      Selanjutnya penulis membagi sistem pendidikan atas 4 unsur yaitu:
a)      Kegiatan pendidikan yang meliputi: pendidikan diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, pendidikan oleh seseorang terhadap orang lain.
b)      Binaan pendidikan, mencakup: jasmani, akal, dan qalbu.
c)      Tempat pendidikan, mencakup: rumah tanggga, sekolah, dan masyarakat.
d)     Komponen pendidika, mencakup: dasar, tujuan, peserta didik, materi, metode, media, dan evaluasi.[9]

C.    Pendekatan Sistem

Menurut reja mudyaharja, pendekatan sistem adalah cara-cara berpifikir dan bekerja yang menggunakan konsep-konsep teori sistem yang relevan dalam memecahkan masalah.[10]
Pada awalnya pendekatan sistem digunakan dalam bidang teknik, tetapi pada akhir tahun 1950 dan awal 1960-an, pendekatan sistem mulai diaplikasikan di bidang pendidikan seperti merumuskan masalah, analisis kebutuhan, analisis masalah, desain metode dan materi instroksional pelaksanaan secara eksperimental, menilai, merivisi, dan lain-lain.
Dengan demikian pendekatan sistem  merupakan proses pemecahan masalah yang logis untuk mencapai hasil pendidikan secara efekif dan efisien.[11]
Salah satu model sistem adalah model: input, output.[12]
Model dasar sebuah sistem
Balikan

Model ini bila diplikasikan dalam pendidikan islam dengan memasukkan komponen lain dalam pengembangannya maka akan terlihat sebagai berikut:



Model Dasar Sistem Pendidikan Islam






Striped Right Arrow: INSTRUMEN







Striped Right Arrow: ENVIRONMENT
Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan (berupa individu yang mempunyai berbagai potensi dasar yang perlu dikembangkan) kemudian diproses (dalam bentuk transfer pengetahuan, transformasi pengetahuan, dan internalisasi nilai) untuk menghasilkan keluaran (berupa pribadi yang selalu mengabdi kepada Allah dan menjadi khalifah Allah fii al ardl), proses ini akan terlaksana dengan baik dan sempurna bila dibantu oleh instrument (materi ajar, metode, dan media) yang tepat dan lengkap serta environment (alam, manusia, dan budaya) yang kondusif, sebagai pelaku utama dalam proses pendidikan ini adalah pendidik (orang tua, guru, dan tokoh masyarakat) sebagai pemegang amanat dari Allah untuk melaksanakan tugas suci (pendidikan islam).

D.    Perbedaan Sistem Pendidikan Islam dengan Sistem Pendidikan Non Islam.


No.
Perbedaan
Pendidikan islam
Pendidikan non islam
1.
Sistem ideologi
Tauhid (al-qur’an dan hadits)
Paham materialis, komunis, atheis, sosialis, kapitalis, dsb.
2.
Sistem nilai
Bersumber dari nilai al-qur’an dan hadits.
Bersumber dari filsafat meliputi hasil pemikiran, hasil penelitian, adat kebiasaan.
3.
Orientasi pendidikan
Berorientasi pada duniawi dan ukhrawi.
Berorientasi pada duniawi semata.

Islam sebagai agama yang bersifat universal berisi ajaran-ajaran yang dapat membimbing manusi kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT berikut:
وابتغ فيما أتاك الله الدّار الأخرة ولا تنسى نصيبك من الدّنيا وأحسن كما أحسن الله إليك ولا تبغ الفساد فى الأرض إنّ الله لا يحبذ المفسدين.
”dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(Al-Qhashash: 77).

E.     Kedudukan dan Peran Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional

1)      Kedudukan Pendidikan Islam

Kedudukan pendidikan islam dalam sistem pendidikan nasional adakalanya sebagai mata pelajaran dan adakalanya sebagai lembaga.
Istilah “pendidikan agama islam” di Indonesia dipergunakan untuk nama suatu mata pelajaran di lingkungan sekolah-sekolah yang berada di bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan Agama dalam hal ini agama islam termasuk struktur kurikulum. Sejak UU No 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan disempurnakan dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional eksistensi pendidikan islam sudah diakui oleh pemerintah sebagai mata pelajaran wajib di sekolah mulai dari tingkat SD s.d PT.
Apabila pendidikan agama islam di lingkungan lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional terwujud sebagai mata pelajaran, maka di lingkungan Departemen Agama terwujud sebagai suatu pendidikan yang berjenjang naik mulai dari TK/RA sampai PT. pemahaman ini mengacu pada satuan pendidikan keagamaan atau lembaga keagamaan islam.
Dalam UU No 2 1989 tentang SIstem Pendidikan Nasional, lembaga pendidikan keagamaan yang diakui eksistensinya hanya yang berada pada jalur pendidikan formal (sekolah). Namun, dalam UU No 20 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, lembaga pendidikan keagamaan ini dapat dilaksanakan pada jalur pendidikan non formal (pesantren, madrasah diniyah) dan dalam keluarga (pendidikan in-formal).

2)      Peran pendidikan islam

Pendidikan agama islam sebagai mata pelajaran wajib di seluruh sekolah Indonesia berperan:
1.      Mempercepat proses pencapaian tujuan pendidikan nasional.
a.       Berkembangnya potensi peserta didik.
b.      Beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa.
c.       Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri.
d.      Menjadi warga Negara yang demokratis.
e.       Bertanggung jawab.
2.      Memberikan nilai terhadap mata pelajaran umum.
Agar mata pelajaran umum yang diajarkan di sekolah/madrasah mempunyai nilai maka pendidikan agama islam dapat diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran tersebut –apabila dalam kurikulum sekolah pendidikan agama terletak pada urutan pertama-. Nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran islam inilah yang diinternalisasikan dalam proses pembelajaran kepada peserta didik.
Pendidikan agama islam sebagai lembaga (institusi) berperan:
1.      Lembaga pendidikan islam (pondok pesantren) berperan mencerdaskan kehidupan bangsa.
2.      Lembaga pendidikan islam (madrasah dan pesantren) bersama dengan satuan pendidikan lainnya dalam sistem pendidikan nasional bersama-sama menuntaskan pelaksanaan wajib belajar 9 tahun.
3.      Lembaga pendidikan islam (madrasah diniyah) berperan mendidik anak-anak yang drop-out, anak-anak yang tidak berkesempatan memasuki lembag pendidikan formal dan sekaligus menambah dan memperkuat pelaksanaan pendidikan agama islam di sekolaj karena keterbatasan jam pelajaran di sekolah.


PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sistem merupakan strategi yang menyeluruh atau rencana di komposisi oleh satu set elemen, yang harmonis, merepresentasikan kesatuan unit, masing-masing elemen, yang mempunyai tujuan tersendiri yang semuanya berkaitan terurut dalam bentuk yang logisSatu hal yang merupakan sebab pentingnya kurikulum dalam pendidikan islam adalah dengan kurikulum, maka kegiatan belajar mengajar akan terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sistem sebagai salah satu komponen pendidikan sangat berperan dalam mengantarkan pada tujuan pendidikan yang diharapkan. Untuk itu, sistem merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi dan membentuk proses pembelajaran. Kesalahan dalam penggunaan sistem akan menyebabkan kegagalan suatu pendidikan dan penzaliman terhadap peserta didik. Sehingga diperlukan dasar, prinsip, dan komponen dalam sistem untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang telah ditentukan dengan aroma keislaman tentunya, sesuai dengan obyek sasarannya yakni pendidikan islam.

B.     Saran
Sudah sepantasnya kita sebagai calon pendidik memahami semua tentang dunia akademik, yang salah satunya yakni mengenai sistem. Dan mungkin makalah ini sangat bermanfaat bagi kita untuk dijadikan sebagai pegangan dalam pembelajaran tentang system pendidikan, dalam hal ini pendidikan islam. Jika sistem dianggap sebagai salah satu komponen penting dalam pendidikan, maka penggunaan sistem pun harus didesain sedemikian rupa untuk mampu menyajikan pendidikan bermutu kepada peserta didik yang nantinya akan terjun dalam kehidupan yang sesungguhnya.

 



DAFTAR PUSTAKA


Barnadib, Imam. 1982. Filsafat Pendidikan Pengantar Mengenai Sistem Dan Metode. Yogyakarta: UIP, IKIP

                       . 1982. Filsafat Pendidikan Tinjauan Beberapa Aspek Dan Proses Pendidikan. Yogyakarta: Studying

Kaufman, Roger A. 1972. Educational System Planning. Englewood Cliffs, NMj: Prentice-Hall, INC

Mutyahardjo, Reja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Pidarta, Made. 2002. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Cet. 23. Jakarta: Kalam Mulia

Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Cet.5. Jakarta: Kalam Mulia

Ryans, D.G. 1982. System Analisis In Education Planning. London: Routtledge dan Kegan Paul



[1] D.G Ryans, System Analisis In Education Planning, (London: Routtledge dan Kegan Paul, 1982), 63.
[2] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan Pengantar Mengenai Sistem Dan Metode, (Yogyakarta: UIP, IKIP, 1982), 8.
[3]                       , Filsafat Pendidikan Tinjauan Beberapa Aspek Dan Proses Pendidikan, (Yogyakarta: Studying, 1982), 19.
[4] Made Pidarta, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Cet. 23, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 26
[5] Roger A. Kaufman, Educational System Planning, (Englewood Cliffs, NMj: Prentice-Hall, INC, 1972), 1
[6] Mc. Ashan dalam Made Pidarta op.cit., 25-26. Lihat juga DG. Ryans, System Analisis In Education Planning, (London: Rontledge dan Kegan Paul, 1982), 63-64.
[7] Mc. Ashan dalam Made Pidarta op.cit., 25-26. Lihat juga DG. Ryans, Sistem Analisis In Education Planning, (London: Rontledge dan Kegan Paul, 1982), 63-64.
[8] Reja Mutyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2001), 41.
[9] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet.5, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 21.
[10] Reja mudyaharja, op.cit., 40.
[11] Ibid., 41.
[12] Ibid., 40.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar