
Santi Purnamasari (1114116)
Hanum Nurrikatus Sholihah (1114117)
Hari Zakariya Rosyid (1114118)
Dosen Pengampu:
Ali Muhsin M.Pd.I
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2015
KATA PENGANTAR
الحمد لله وحده, القاْئل "فلو لا
نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا فى الدين". الصلاة والسلام على من لا نبي بعده, القائل فيما
اوتي من جوامع الكلم: ( من يرد الله خيرا يفقهه فى الدين ) وعلى اله وصحبه ومن
تبعهم باحسن اجمعين. اما بعد
Sejenak kami panjatkan bingkaian syukur kepada
Allah Asy-Syakur, atas nikmat-Nya yang tak terukur sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini meski masih ada kekurangan yang tak
terhimpun.
Shalawat dan salam semoga tetap terhadiahkan
kepada sang revolusioner umat, pemimpin himpunan rakyat dan masyarakat, pemberi
syafa’at kelak fil yaumil ma’ad. Beliau Nabi Muhammad SAW yang tiada letihnya
memperjuangkan panji keagamaan hingga sampai saat ini mampu kita rasakan
manisnya iman dan islam.
Selanjutnya kami menyadari bahwa penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan yang sangat
membutuhkan revisi atau pembenahan, sehingga kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang konstruktif demi kesempurnaan dalam penulisan makalah selanjutnya.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini akan
membawa manfaat pada kami khususnya dan para pembaca yang budiman pada umumnya.
Penutup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem menurut Ryans ialah sejumlah elemen (objek) orang,
aktivitas, rekaman, informasi, dan lain-lain yang saling berkaitan dengan
proses dan struktur secara teratur, dan merupakan kesatuan organisasi yang
berfungsi untuk mewujudkan hasil yang diamati (dapat dikenal wujudnya)
sedangkan tujuan tercapai.[1] Sedangkan menurut Imam Barnadib, sistem adalah suatu gagasan atau
prinsip yang bertautan, yang tergabung menjadi suatu keseluruhan.[2]
Dengan demikian, maka sistem pendidikan adalah himpunana gagasan
atau prinsip-prinsip pendidikan yang saling bertautan dan tergabung sehingga
menjadi suatu keseluruhan.[3] Sistem pendidikan di suatu Negara didasarkan atas falsafah hidup
Negara itu. Falsafah hidup Negara menggambarkan aspirasi rakyat dan pemerintah
yang membuat sistem pendidikan itu mempunyai kekhususan.
Negara-negara barat yang mempunyai falsafah hidup rasionalis,
materialis, dan progmatis membuat sistem pendidikannya yang bercorak
rasionalis, progmatis, dan materialis. Begitu pula falsafah Negara kita yaitu
pancasila, membuat sistem pendidikan nasional Indonesia bercorak khusus
Indonesia yang tidak ditemui pada sisitem pendidikan lainnya. Pendidikan
nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang
berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Dalam kesempatan ini, penulis membuat suatu makalah yang berjudul
sistem pendidikan islam di mana islam menjadi corak religius dalam pendidikan
tersebut yang meliputi: makna sistem itu sendiri, ciri-ciri sistem pendidikan,
dan kedudukan serta peran pendidikan islam dalam sistem pendidikan nasional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah sebagai
berikut:
1.
Apa
definisi sistem?
2.
Apa
saja ciri-ciri sistem?
3.
Bagaimana
pendekatan sistem dalam pendidikan?
4.
Apa
perbedaan sistem pendidikan islam dengan sistem pendidikan non islam?
5.
Bagaimana
kedudukan dan peran pendidikan islam dalam sistem pendidikan nasional?
C. Tujuan
Adapun
penulisan makalah bertujuan:
1.
Untuk
mengetahui definisi sistem.
2.
Untuk
mengetahui ciri-ciri sistem.
3.
Untuk
memahami pendekatan sistem dalam pendidikan.
4.
Untuk
mengetahui perbedaan sistem pendidikan islam dengan sistem pendidikan non
islam.
5.
Untuk
menganalisa kedudukan dan peran pendidikan islam dalam sistem pendidikan
nasional
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam makalah ini
dapat ditinjau secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, makalah
ini diharapkan dapat memberikan sumbangan motivasi kepada segenap civitas akademika untuk menyesuaikan kondisi pendidikan islam
sesuai teori yang ada.
Sedangkan secara praktis, makalah ini
diharapkan dapat memberikan masukan kepada para pendidik pada umumnya untuk mampu
mewujudkan pendidikan islam yang berkualitas tinggi sesuai dengan sistem yang
berlaku dan telah ditetapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem
Kata
sistem berasal dari bahasa yunani yaitu systema yang berarti “cara,
strategi”. Dalam bahasa inggris system berarti “sistem, susunan, jaringan,
cara”. Sistem juga diartikan “sebagai suatu strategi, cara berpikir atau model
berpikir”.[4]
Definisi
tradisional menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau
unsur-unsur yang paling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Misalnya
manusia merupakan suatu sistem, yang meliputi komponen-komponen sepeti rangka
kepala, rangka anggota gerak, dan rangka anggota badan. Dalam artian luas,
manusia sebenarnya adalah suatu subsistem atau komponen dalam kelompok makhluk
hidup, disamping makhluk hidup lalinnya, seperti binatang dan tumbuhan.
Definisi
modern juga tidak jauh berbeda dengan definisi tradisional, seperti yang
dikemukakan oleh pakar hanya saja lebih rinci.
Roger
A. Kaufman mendefinisikan sistem, yaitu suatu totalitas yang tersusun dari
bagian-bagian yang bekerja secara sendiri-sendiri (independent) atau
bekerja bersama-sama untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan
berdasarkan kebutuhan.[5]
Mc.
Ashan mendefinisikan sistem sebgai strategi yang menyeluruh atau rencana di
komposisi oleh satu set elemen, yang harmonis, merepresentasikan kesatuan unit,
masing-masing elemen, yang mempunyai tujuan tersendiri yang semuanya berkaitan
terurut dalam bentuk yang logis.[6]
Immegart
mendefinisiskan esensi sistem adalah suatu keseluruhan yang memiliki
bagian-bagian yang tersusun secara sistematis, bagian-bagian itu terelasi
antara satu dengan yang lain serta peduli terhadap konteks lingkungannya. Dari
pendapat di atas jelasnya sistem itu memiliki struktur yang teratus, yang
saling terkait dan saling bekerja sama dalam
mencapai tujuan.[7]
B. Ciri-Ciri Suatu Sistem
Sesuatu
teori sistem menurut Reja Mutyahardjo mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:[8]
1.
Bagian-bagian
membentuk suatu keseluruhan yang tak dapat dipisahkan.
2.
Bagian-bagian
memainkan peran mereka dalam kesatuannya untuk mencapai tujuan dari
keseluruhan.
3.
Sifat
bagian dan fungsinya dalam keseluruhan dan tingkah lakunya diatur oleh
keseluruhan terhadap hubungan-hubungan bagiannya.
Bila
diaplikasikan dalam sistem pendidikan maka komponen-komponen pendidikan seperti
yang dikemukakan oleh para pakar sebgai berikut:
1.
Noeng
Mohadjir membagi komponen sitem menjadi 3 kategori yaitu:
a)
Bertolak
dari 5 unsur dasar pendidikan, meliputi: yang memberi, yang menerima, tujuan,
cara/jalan, dan konteks positif.
b)
Bertolak
4 komponen pokok pendidikan yaitu: kurikulum, subyek didik, personifikasi
pendidik, dan konteks belajar mengajar.
c)
Bertolak
dari 3 fungsi pendidikan yaitu: pendidikan kreatifitas, pendidikan moralitas,
dan pendidikan produktifitas.
2.
Selanjutnya
penulis membagi sistem pendidikan atas 4 unsur yaitu:
a)
Kegiatan
pendidikan yang meliputi: pendidikan diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan,
pendidikan oleh seseorang terhadap orang lain.
b)
Binaan
pendidikan, mencakup: jasmani, akal, dan qalbu.
c)
Tempat
pendidikan, mencakup: rumah tanggga, sekolah, dan masyarakat.
d)
Komponen
pendidika, mencakup: dasar, tujuan, peserta didik, materi, metode, media, dan
evaluasi.[9]
C. Pendekatan Sistem
Menurut
reja mudyaharja, pendekatan sistem adalah cara-cara berpifikir dan bekerja yang
menggunakan konsep-konsep teori sistem yang relevan dalam memecahkan masalah.[10]
Pada
awalnya pendekatan sistem digunakan dalam bidang teknik, tetapi pada akhir
tahun 1950 dan awal 1960-an, pendekatan sistem mulai diaplikasikan di bidang
pendidikan seperti merumuskan masalah, analisis kebutuhan, analisis masalah, desain
metode dan materi instroksional pelaksanaan secara eksperimental, menilai,
merivisi, dan lain-lain.
Dengan
demikian pendekatan sistem merupakan
proses pemecahan masalah yang logis untuk mencapai hasil pendidikan secara
efekif dan efisien.[11]
Salah
satu model sistem adalah model: input, output.[12]
Model dasar sebuah sistem
![]() ![]() |

Model ini bila diplikasikan dalam pendidikan islam dengan
memasukkan komponen lain dalam pengembangannya maka akan terlihat sebagai
berikut:
Model Dasar Sistem Pendidikan Islam
![]() |
|||
![]() |



Gambar di atas menunjukkan bahwa
masukan (berupa individu yang mempunyai berbagai potensi dasar yang perlu
dikembangkan) kemudian diproses (dalam bentuk transfer pengetahuan,
transformasi pengetahuan, dan internalisasi nilai) untuk menghasilkan keluaran (berupa
pribadi yang selalu mengabdi kepada Allah dan menjadi khalifah Allah fii al
ardl), proses ini akan terlaksana dengan baik dan sempurna bila dibantu
oleh instrument (materi ajar, metode, dan media) yang tepat dan lengkap
serta environment (alam, manusia, dan budaya) yang kondusif, sebagai
pelaku utama dalam proses pendidikan ini adalah pendidik (orang tua, guru, dan
tokoh masyarakat) sebagai pemegang amanat dari Allah untuk melaksanakan tugas
suci (pendidikan islam).
D. Perbedaan Sistem Pendidikan Islam dengan Sistem Pendidikan Non Islam.
No.
|
Perbedaan
|
Pendidikan islam
|
Pendidikan non islam
|
1.
|
Sistem ideologi
|
Tauhid (al-qur’an dan hadits)
|
Paham materialis, komunis, atheis, sosialis, kapitalis, dsb.
|
2.
|
Sistem nilai
|
Bersumber dari nilai al-qur’an dan hadits.
|
Bersumber dari filsafat meliputi hasil pemikiran, hasil
penelitian, adat kebiasaan.
|
3.
|
Orientasi pendidikan
|
Berorientasi pada duniawi dan ukhrawi.
|
Berorientasi pada duniawi semata.
|
Islam sebagai agama yang bersifat
universal berisi ajaran-ajaran yang dapat membimbing manusi kepada kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT berikut:
وابتغ فيما أتاك
الله الدّار الأخرة ولا تنسى نصيبك من الدّنيا وأحسن كما أحسن الله إليك ولا تبغ
الفساد فى الأرض إنّ الله لا يحبذ المفسدين.
”dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(Al-Qhashash:
77).
E. Kedudukan dan Peran Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
1) Kedudukan Pendidikan Islam
Kedudukan pendidikan islam dalam
sistem pendidikan nasional adakalanya sebagai mata pelajaran dan adakalanya
sebagai lembaga.
Istilah “pendidikan agama islam” di
Indonesia dipergunakan untuk nama suatu mata pelajaran di lingkungan sekolah-sekolah
yang berada di bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan Agama
dalam hal ini agama islam termasuk struktur kurikulum. Sejak UU No 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan disempurnakan dengan UU No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional eksistensi pendidikan islam sudah diakui
oleh pemerintah sebagai mata pelajaran wajib di sekolah mulai dari tingkat SD
s.d PT.
Apabila pendidikan agama islam di
lingkungan lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Departemen
Pendidikan Nasional terwujud sebagai mata pelajaran, maka di lingkungan
Departemen Agama terwujud sebagai suatu pendidikan yang berjenjang naik mulai
dari TK/RA sampai PT. pemahaman ini mengacu pada satuan pendidikan keagamaan
atau lembaga keagamaan islam.
Dalam UU No 2 1989 tentang SIstem
Pendidikan Nasional, lembaga pendidikan keagamaan yang diakui eksistensinya
hanya yang berada pada jalur pendidikan formal (sekolah). Namun, dalam UU No 20
2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, lembaga pendidikan keagamaan ini dapat
dilaksanakan pada jalur pendidikan non formal (pesantren, madrasah diniyah) dan
dalam keluarga (pendidikan in-formal).
2) Peran pendidikan islam
Pendidikan agama islam sebagai mata
pelajaran wajib di seluruh sekolah Indonesia berperan:
1. Mempercepat
proses pencapaian tujuan pendidikan nasional.
a. Berkembangnya
potensi peserta didik.
b. Beriman dan
bertakwa kepada tuhan yang maha esa.
c. Berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri.
d. Menjadi warga
Negara yang demokratis.
e. Bertanggung
jawab.
2. Memberikan
nilai terhadap mata pelajaran umum.
Agar
mata pelajaran umum yang diajarkan di sekolah/madrasah mempunyai nilai maka
pendidikan agama islam dapat diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran
tersebut –apabila dalam kurikulum sekolah pendidikan agama terletak pada urutan
pertama-. Nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran islam inilah yang
diinternalisasikan dalam proses pembelajaran kepada peserta didik.
Pendidikan agama islam sebagai lembaga
(institusi) berperan:
1. Lembaga
pendidikan islam (pondok pesantren) berperan mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Lembaga
pendidikan islam (madrasah dan pesantren) bersama dengan satuan pendidikan
lainnya dalam sistem pendidikan nasional bersama-sama menuntaskan pelaksanaan
wajib belajar 9 tahun.
3. Lembaga
pendidikan islam (madrasah diniyah) berperan mendidik anak-anak yang drop-out,
anak-anak yang tidak berkesempatan memasuki lembag pendidikan formal dan
sekaligus menambah dan memperkuat pelaksanaan pendidikan agama islam di sekolaj
karena keterbatasan jam pelajaran di sekolah.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sistem
merupakan strategi yang menyeluruh atau rencana di komposisi oleh satu set
elemen, yang harmonis, merepresentasikan kesatuan unit, masing-masing elemen,
yang mempunyai tujuan tersendiri yang semuanya berkaitan terurut dalam bentuk
yang logisSatu hal yang merupakan sebab pentingnya kurikulum dalam pendidikan
islam adalah dengan kurikulum, maka kegiatan belajar mengajar akan terarah
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sistem sebagai
salah satu komponen pendidikan sangat berperan dalam mengantarkan pada tujuan
pendidikan yang diharapkan. Untuk itu, sistem merupakan kekuatan utama yang
mempengaruhi dan membentuk proses pembelajaran. Kesalahan dalam penggunaan
sistem akan menyebabkan kegagalan suatu pendidikan dan penzaliman terhadap
peserta didik. Sehingga diperlukan dasar, prinsip, dan komponen dalam sistem
untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang telah ditentukan dengan aroma keislaman
tentunya, sesuai dengan obyek sasarannya yakni pendidikan islam.
B.
Saran
Sudah sepantasnya kita sebagai calon pendidik memahami semua tentang
dunia akademik, yang salah satunya yakni mengenai sistem. Dan mungkin makalah
ini sangat bermanfaat bagi kita untuk dijadikan sebagai pegangan dalam
pembelajaran tentang system pendidikan, dalam hal ini pendidikan islam. Jika
sistem dianggap sebagai salah satu komponen penting dalam pendidikan, maka
penggunaan sistem pun harus didesain sedemikian rupa untuk mampu menyajikan
pendidikan bermutu kepada peserta didik yang nantinya akan terjun dalam
kehidupan yang sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Barnadib, Imam. 1982. Filsafat Pendidikan Pengantar Mengenai
Sistem Dan Metode. Yogyakarta: UIP, IKIP
. 1982. Filsafat
Pendidikan Tinjauan Beberapa Aspek Dan Proses Pendidikan. Yogyakarta:
Studying
Kaufman, Roger A. 1972. Educational System Planning. Englewood
Cliffs, NMj: Prentice-Hall, INC
Mutyahardjo, Reja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada
Pidarta, Made. 2002. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu
Pendidikan Bercorak Indonesia. Cet. 23. Jakarta: Kalam Mulia
Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Cet.5. Jakarta:
Kalam Mulia
Ryans, D.G. 1982. System Analisis In Education Planning. London:
Routtledge dan Kegan Paul
[1] D.G Ryans, System
Analisis In Education Planning, (London: Routtledge dan Kegan Paul, 1982),
63.
[2] Imam Barnadib,
Filsafat Pendidikan Pengantar Mengenai Sistem Dan Metode, (Yogyakarta:
UIP, IKIP, 1982), 8.
[3] , Filsafat
Pendidikan Tinjauan Beberapa Aspek Dan Proses Pendidikan, (Yogyakarta:
Studying, 1982), 19.
[4] Made Pidarta, Landasan
Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Cet. 23,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 26
[5] Roger A.
Kaufman, Educational System Planning, (Englewood Cliffs, NMj:
Prentice-Hall, INC, 1972), 1
[6] Mc. Ashan
dalam Made Pidarta op.cit., 25-26. Lihat juga DG. Ryans, System
Analisis In Education Planning, (London: Rontledge dan Kegan Paul, 1982),
63-64.
[7] Mc. Ashan
dalam Made Pidarta op.cit., 25-26. Lihat juga DG. Ryans, Sistem
Analisis In Education Planning, (London: Rontledge dan Kegan Paul, 1982),
63-64.
[8] Reja
Mutyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2001), 41.
[9] Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, Cet.5, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 21.
[10] Reja
mudyaharja, op.cit., 40.
[11] Ibid., 41.
[12] Ibid., 40.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar