Andai cinta seperti “azaz black”
pasti tidak akan ada hati yang terluka karenanya,
namun
cinta terlalu egois untuk memikirkan manusia.
Cinta ibarat “energi”,
tak
bisa diciptakan dan tak bisa pula dihancurkan.
Tapi cinta juga bukan “larutan
kimia”
yang menjadi bahan percobaan.
Cinta adalah “nukleus”
dari sebuah rasa yang pernah aku terima.
Cinta layaknya “sendi”
yang menghubungkan 2 hati,
seperti “oksigen” yang begitu berarti.
Dalam cinta sejati tak akan
pernah mengenal “hidibrisasi”
karena cinta seperti “1 orbital” yang hanya memuat “2 spin”
tak ada ruang untuk
orang ke 3.
Terkadang cinta juga berperan seperti perannya “enzim oksidase”,
jika
sang enzim berfungsi mengubah lemak menjadi gula,
maka tak jarang cinta
mengubah rasa benci
menjadi sebuah rasa yang tak pernah manusia tau artinya.
Ketika
“newton” menyadari bahwa
gaya gravitasi tidak hanya tergantung pada jarak,
akupun
sadar bahwa cinta tak terpisahkan oleh waktu.
Dan “gaya hukum gravitasi” cinta
berbunyi
gaya gravitasi cinta merupakan gaya tarik-menarik
antar 2 hati yang
besarnya tak harus sebanding sama
namun tetap terjaga oleh kata “setia”.
Fajar Ash
Shidqy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar